cerpen : Puisi Terakhir untuk Wilda
Ari septian
Puisi Terakhir untuk Wilda
Pagi telah
tiba dan jarum jam menunjukan pukul 06.15 WIB suara ayam
jantan ku berbunyi keras “ kuku ruyuk”
dari belakang pekarangan rumahku. Aku
pun bergegas bangun dari atas ranjangku
yang empuk, dengan tubuh yang agak segar karena semalaman bisa tidur puas. ku
bukalah pintu kamarku. Kuliat jarum jam yang menunjukan pukul 06.30 WIB. Aku
pun ber teriak
“ alamak. “nepuk jidat. sudah pukul
06.15 WIB. Aku pasti terlambat kesekolah dan pasti hari ini aku kena hukuman
lagi dari guru BP.
Dengan terburu akupun kekamar mandi
untuk cuci muka dan gosok gigi.
Serta
melepaskan baju tidur dan menggantinya dengan baju seragam putih dan
abu-abu. Dan bergegas kesekeloah
mengendarai motorku.
Setelah setengah jam aku dijalan
akupun sampai disekolah dengan pintu gerbang terkunci rapat.
“
Tek tek tek.” Suara gerbang yang ku ketuk.
Pak
Dirman tolong bukain pintunya!.
Pak Dirman tak mendengar panggilanku lewat pintu yang ku
ketuk keras.
Lalu aku mengulanginya. tak lama
kemudian Pak Dirman membukakan pintu
“ Tek zek ngggeeekkkk.“ bunyi pintu yang telah
dibuka oleh pak Dirman. sambil menghalangi ku masuk. Kamu lagi... kamu lagi...!”.
besok jangan diulangi lagi ya?.
“ Iya pak siap!.” jawabku.
“Iya tapi kamu tidak boleh masuk
kekelas dulu!, ikuti bimbingan dan hukumanmu dulu.” ujar Pak Dirman
” Siap pak satpam!.
Akupun
bergegas berlari menuju kelas tanpa mengikuti Bimbingan dan hukuman atas
kesalahan yang dia buat. tiba – tiba ku
mendengar suara keras yang memanggil namanku.
Ari berhenti!. lalu akupun
menghentikan larinya. dan menoleh ke suara yang memanggil namanya. dan ternyata
suara itu Pak Rudi.”wali kelas sekaligus guru bahasa indonesia.
“ Eehhhh...eeehhh Ba...Ba pak rudi toh.”
Jawabku sambil terbatah-batah.
“Mau kemana kamu?.”tanya Pak Rudi
dengan ketus.
“Iya mau kekelas Pak!, takut ketinggalan mata
pelajaran pak.” jawabku sambil melihat
jam tangan. saya duluan ya pak!.
akupun berjalan perlahan dan berharap Pak Rudi tak
menghentikan langkah kakiku.
“apa mau aku tambahi hukumanmu?.”tanya
Pak Rudi.
“ Tidaklah pak!” jawabku.
“ Sebagai hukuman mu karena kau
terlambat. lari lapangan upacara ini sebanyak
10 kali putaran!
Tanpa banyak
ucapan akupun menerima hukuman dari Pak Rudi.
Di hampir habis hukuman tiba-tiba aku
melihat gadis cantik, aku tak tau gadis itu pindahan darimana. dan ku
menghentikan lariku. karena terpesona melihat kecantikannya gadis itu.
“Siapakah
gadis itu?. ” tanyaku dalam hati.
“Ari mau ku tambah hukumanmu”tanya Pak
Rudi dengan ketus.
aku mendengar suara itu dan dengan
kagetnya dia tersadar dalam lamunannya.
“Tid..tid..tidak pak!” jawabku
ngos-ngosan.
Waktu hukumanpun telah habis. dan aku
diperbolehkan masuk ke dalam kelas oleh Pak Rudi di kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
yaitu mata pelajaran bahasa indonesia.
“Anak-anak buka bukunya bab puisi hal
37!. ”memberitau kepada semua siswa XII.
“ Iya pak! “ jawab nandita dengan nada
yang agak keras.
Tapi tidak dengan
ku. Aku melamunkan gadis cantik yang tak sengaja kulihat dilapangan upacara pagi
tadi. Pak Rudipun memandangiku dari depan meja guru. tiba-tiba Pak Rudi
menghampiriku yang tak fokus mata pelajarannya.
karena bab ini menerangkan puisi Lalu
pak Rudi menyuruhku membuat puisi
dan membacanya didepan kelas. tiba-tiba
ada siswi baru yang masuk dikelas XI.A3 didampingi oleh bu Dini “guru BP.
Lalu gadis itu memperkenalkan dirinya.
atas suruhan Bu Dini.
“Hai teman – teman, namaku Wilda
pindahan dari SMAN 3 Semarang!.” ujar Wilda.
“Hay juga!”jawab anak laki-laki yang
ada dalam kelas itu dengan keras.
Perkenalan
antara murid XI.A3 telah selesai pak
Rudi selaku wali kelas. Mempersilahakan Wilda duduk pada bangku yang kosong. anak
laki-lakipun rame minta duduk bersebelahan sama Wilda.
akhirnya Nandita salah satu cewek yang
tempat duduknya masih kosong satu mengajak wilda duduk bersebelahan dengannya.
“Wil duduk sama aku aja!, sebelahku kosong!.” ujar Nandita sambil mengacungkan
tangannya
Tanpa
mencari dan berpikiran panjang lagi Wildapun menghampiri Nandita dan menerima
tawarannya untuk duduk bersebelahan dengannya.sesuai dengan perintah Pak Rudi
tadi sebelum terjadi perkenalan antara Wilda dengan temen- temen. Akupun maju
dengan membawa selembar kertas yang
berisi tulisan yang telah tersusun kata-kata puitis.
“Jangan kau tanya apa keinginanku saat
ini
karena keinginanku masih saja sama
Tanpa sengaja aku memandangi wida dengan tajam, dan wilda
menatapku dengan tajam pula. lalu kulanjutkan potongan puisi.
yaitu ingin mencintaimu dengan
sederhana
yaitu ingin menjagamu sepenuh jiwa
hingga nyawa bercerai dengan raga.
Bel akhir pelajaranpun berbunyi semua siswa keluar dari
kelasnya masing-masing dan menuju parkiran motor. akupun melihat wilda lagi
kesusahan mengeluarkan kendaraanya. seakan ada yang menyuruhku namun tak ada
suara yang terdengar oleh telingaku, ku bergegas membantunya untuk mengeluarkan
motornya. tanpa mengucapin terimakasih wildapun pergi meinggalkanku di parkiran
tersebut.
“
Dasar cewek tak tau terima kasih.”
ujarku dalam hati.
Akupun bergegas pulang. karena jarak sekolah kerumahku
cukup jauh kira-kira 20 km. Ditambah lagi jalanan Ahmad yani yang menuju
rumahku macet. membuat waktuku habis dijalan. satu jam telah berlalu, setelah
melewati jalan raya, perkampungan akhirnya aku sampai juga dirumah. dan
langsung menuju ke dalam rumahku yang dingin tanpa panasnya matahari yang
mengenai kulitku yang tak terbungkus oleh jaket. Aku bergegas mengganti pakaian
seragam dengan pakaian biasa, yang biasa ku pakai disehari-harianku.badanku
terasa kaku, matakupun tak sanggup lagi untuk tetap terbuka karena kurang tidur
kemaren malam.
Jarum jam menunjukan 05 sore, akupun terbangun dari tidur
dan bergegas membersihakan rumahku hingga pukul 06.30 sore.
Senja
tiba, jarum jam menunjukan Pukul 6 sore. adzan magrib telah berkumandang.
akupun menuaikan ibadah sholat magrib dikamar.
Sehabis
sholat magrib. perutku berbunyi,Pertanda ia minta di isi dengan makanan.
ku
mengambil dompet yang ada pada saku celana abu-abunya. waktu dompetdibuka.
“ Uangku tinggal 12 rb, ini tak mungkin
cukup buat beli makan dan
bensin.”ujarku
sambil meremas rambut bagian belakan.
“
Hallo nandita!”ku bercakap melalui telpon genggam.
“Ya,
ada apa?.”jawabnya melalui sambungan telpon.
“Gini
uangku abis dit!. ”boleh gak aku pinjem
uangmu?.” tanyaku padanya melaui sambungan telpon.
“Iya
gpp!, kamu kerumahku aja ya untuk ambil uange?.”tanyanya melalui telpon.
Setelah ku persetujuannya, ku tutup telpon yang tersambung
kepadanya
dan
bergegas ketempat janjian antara aku dan Nandita. karena perjalanku kerumah
nandita jauh amat serta membutukan waktu
sekitar satu jam setengah. dan harus didaerah menuju Panglima sudirman jam segini
macet. maka kuputuskan melewati jalan pintas namun sepi
dari kendaraan yang melintas yaitu gang
kayon. Meskipun gang tersebut jalannya rusak dan tidak enak untuk di lewati
oleh roda kendaraanku dan pemukimannya tidak seberapa padat dan rata-rata masih
dalam bentuk sawah. ku gas laju motorku.
Di selaku nyaman dengan gayaku berkendara. tiba-tiba ku
mendengar suara seorang gadis minta tolong.
“Tolong...tolong!.”Teriak
sang gadis dengan rasa ketakutan.
aku
menghentikan laju motornya. dan mencari suara gadis yang minta tolong itu.
ternyata gadis yang minta tolong itu adalah Wilda. Yang sedang digangguiin dua
orang preman yang ingin mencoba berbuat kurang ajar kepadanya.
“Tolong!.
“teriaknya sambil menangis.
“Hey
preman!.”sambil menunjuk kearah preman. kalau kau berani menggangu gadis itu!.
“ sambil menunjuk kearah Wilda.”langkahi mayatku.” Sambil menggepuk dada.” Kataku.
“Siapa
itu?. “ mencari suara yang memanggil namanya.
kau
rupanya!.“menunju ke arah Ari dengan pandangan sangat tajam yang penuh kekesalan.
“Lepaskan
gadis itu !.”ujarku sambil menunjuk Wilda.
“Tolong
ri tolong!.”ucap Wilda kepadaku dengan tangannya kirimya pegang oleh preman
menggunakan tangan kirinya dan lehernya di kempit oleh pergelangan tangan kanan
preman.
Tanpa basa-basi lagi akupun menyerang berkelahi dengan salah
satu preman yang berambut gondrong, berbadan besar serta banya tato di
tangannya dan membawa senjata tajam diselipkan antara pinggul kirinya. Disela
berkelahiku dengan preman itu tanpa ku sadari bahwa ia mengambil kayu panjang
dan memukulkan kebagian-bagian tubuhku tak tak lupa pula ia menggoreskan pisau
tajam itu di bagian perutku.lalu Wildapun menangis dan berusaha melepaskan diri
dari tawanan preman itu.
usahanya
tak sia-sia akhirnya diapun berhasil lepas dari tawanan preman-preman itu. lalu
dia menghampiri dan memeluk serta menangisiku.
“Mengapa
kau lakuin ini Ar?.
andai
saja ku suruh kau mencari bantuan untuk melawan preman itu pasti kau baik-baik
saja!.” Dia memberi tau ku dengan meneteskan air mata.
“Gak
usa nangis Wil!,ku tak mau kau sedih.apalagi hinga kau meneteskan air mata.”
jawabku sambil menahan rasa sakit.
Tiba-tiba ada seorang warga lewat dengan mengendarai mobil
avanza putih.
lalu
dia bertanya pada wilda.
“Neng
itu napa neng kok banyak darah dan memar ditubuh masnya?.”tanya
seorang warga kepadanya.
“
Pak, tolong pak bawa teman saya ke rumah sakit! “ permintaan wilda.
tanpa
pikir panjang Wilda menutup tempat darah yang mengalir itu dengan sapu tangan
berwarna pink yang biasa dia bawa. namun darah yang keluar cukup deras. Cukup hanya sehelai
sapu tangan. lalu seorang warga memberi Wilda 3 buah baju berharap darahnya
bisa berhenti sejenak. Namun percuma saja darahnya tetap saja mengalir deras.
“
Neng lebih baik langsung aja dibawa ke hospital biar dapat tanganan medis cepat!.“
saran orang tersebut kepada wilda.
“
Iya pak. “jawabnya sambil mengusap air matanya.
Setelah itu Ari dibawa kerumah sakit oleh orang tersebut
mengendarai mobil avanza warna putih.Wildapun menututi dari belakang menggunakan
kendaraanku. Karena tempat kejadian itu
dengan rumah sakit butuh waktu cukup
lama. Dan banyak juga darah yang ku keluarkan dari perut.sampailah kami dirumah sakit.
Akupun
meninggal dunia ketika sudah sampai di rumah sakit.
“
Dokter!. ”teriak wilda sambil mencari dokter.
tiba-tiba
ada suster lewat.
“
Sus, tolong temenku sekarang dia ada didalam mobil avanza!. “ujarnya dengan
panik dan menangis.
Suster
itupun mengecek keadaanku.
“
Calon pasien ini telah tiada Mbak karena kehilangan darah yang begitu banyak!.
“ ucap suster pada Wilda sambil mengusap mukaku.
“
Tidak....”teriak penyesalan Wilda.“sus tolong perikisa lagi sus selamatin dia.” sambil menunjuk ke arah
jenazahku.
“Neng
sabar ya neng iklasin aja pacar neng.”Neng sebelum dia meninggal dia tetep
pesen untuk Neng! Katanya sih takut gak ada waktu lagi!. “sambil menunjukan
handphon yang berisi rekamanku selama ku masih di perjalanan menuju rumah
sakit.
“Mana!.
“meminta rekaman itu padanya. lalu ia memutarnya.
terdengarlah suara dari ponsel itu di telinga Wilda.
Dengan hati yang sederhana
Ku rangkai kata indah
Ungkapan hati penuh rasa
Dengarkan aku makhluk tuhan yang
terindah
Dengan hati
tulus
Daku
mencintaimu
Ku
menyayangimu sepenuh jiwaku
Inginku hanya satu
Engkau selalu mencintaiku
Hingga waktu habis untukku.
Mendengar
suara rekaman yang diputar oleh wilda, lalu Wildapun
Berkata.
“
Iya, aku juga cinta kamu!, Tapi tolong kamu bangun ya karena kutak ingin puisimu
ini adalah puisi terakhir untukku?.”ucap Wilda sambil menangis dan memeluk
jenazahku.
Komentar